
Setelah kontrak disepakati, importir harus membayar supplier sebelum barang dikirim atau saat dokumen pengiriman diterima. Dalam skema CIF (Cost, Insurance, and Freight), supplier/eksportir menanggung biaya pengiriman dan asuransi hingga barang tiba di pelabuhan tujuan, tetapi importir tetap perlu memperhitungkan biaya transfer internasional serta beban biaya tambahan saat barang sampai.
Sayangnya, tidak semua pembayaran lintas negara semudah apa yang dibayangkan. Importir sering menghadapi tantangan seperti biaya transfer yang tinggi, fluktuasi kurs mata uang, dan biaya tersembunyi dari bank atau platform pembayaran. Jika tidak dikelola dengan baik, pengeluaran tambahan ini dapat menambah tingginya biaya total impor.
Maka dari itu, memahami cara menghemat biaya transfer saat membayar supplier dalam skema CIF sangat penting. Nah, artikel ini akan membahas tantangan yang umum terjadi dalam pembayaran CIF serta strategi yang dapat diterapkan untuk efisiensi biayanya.
Meskipun skema CIF (Cost, Insurance, and Freight) menawarkan kemudahan bagi importir dengan menyerahkan pengurusan pengiriman dan asuransi kepada supplier, ada beberapa tantangan dalam proses pembayarannya.
Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam pembayaran supplier dengan skema CIF:
Pembayaran kepada supplier di luar negeri sering kali dilakukan melalui transfer bank internasional (SWIFT) atau platform pembayaran global.
Namun, biaya transfer ini bisa sangat mahal karena adanya biaya tetap, biaya perantara, dan margin kurs yang kurang menguntungkan.
Jika transaksi dilakukan dalam jumlah besar atau sering, biaya ini dapat berdampak pada pengeluaran bisnis.
Karena pembayaran CIF umumnya menggunakan mata uang asing, importir harus berhadapan dengan risiko fluktuasi nilai tukar.
Jika kurs tiba-tiba naik sebelum pembayaran dilakukan, total biaya pembelian bisa lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sebaliknya, jika kurs turun setelah pembayaran dilakukan, importir kehilangan kesempatan untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Tanpa strategi manajemen risiko mata uang, bisnis dapat mengalami kerugian akibat volatilitas ini.
Selain biaya transfer utama, bank dan platform pembayaran sering membebankan biaya tersembunyi yang sulit diprediksi, seperti:
Jika pembayaran mengalami keterlambatan karena proses bank yang lambat, perbedaan zona waktu, atau persyaratan dokumen tambahan, maka pengiriman barang bisa tertunda.
Hal ini tentu saja berisiko mengganggu rantai pasokan, menyebabkan keterlambatan produksi, dan meningkatkan biaya penyimpanan yang akan dialami importir.
Transaksi internasional rentan terhadap penipuan pembayaran, pencurian identitas, dan peretasan akun. Jika importir tidak berhati-hati dalam memilih metode pembayaran yang aman, mereka bisa menjadi target fraud, di mana dana yang dikirimkan tidak sampai ke supplier yang sebenarnya.
Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat digunakan oleh importir untuk menghemat biaya transfer internasional dalam transaksi CIF.
Memilih alat pembayaran yang tepat dapat membantu mengurangi biaya transaksi dan mempercepat proses pembayaran kepada supplier.
Beberapa opsi yang dapat kamu pertimbangkan saat memilih alat pembayarannya adalah:
Menggunakan rekening multi-currency account (multi mata uang) dapat menjadi solusi efektif untuk menghemat biaya transfer internasional dalam transaksi CIF.
Dengan rekening ini, importir dapat menyimpan dan mengelola berbagai mata uang tanpa harus langsung menukarnya ke mata uang lokal. Hal ini dapat menghindari konversi ganda yang sering kali menyebabkan biaya tambahan akibat kurs valas yang tidak menguntungkan.
Selain itu, melakukan pembayaran langsung dalam mata uang supplier dapat mengurangi biaya konversi sekaligus meningkatkan efisiensi transaksi.
Beberapa layanan perbankan dan fintech saat ini telah menyediakan fasilitas rekening multi-mata uang yang dapat membantu importir dalam mengelola transaksi mereka dengan lebih hemat.
Mencari kurs valuta asing yang kompetitif menjadi langkah yang dapat membantu mengurangi biaya dalam transaksi CIF.
Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat berdampak cukup besar terhadap total pembayaran kepada supplier.
Untuk mendapatkan kurs terbaik, importir dapat mempertimbangkan penggunaan forward contract atau hedging.
Jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu, forward contract memungkinkan bisnis untuk mengunci nilai tukar saat ini guna menghindari risiko fluktuasi di masa depan.
Selain itu, memilih waktu yang tepat untuk melakukan transfer juga dapat membantu menghemat biaya, mengingat kurs valuta asing dapat berubah sepanjang hari akibat pergerakan pasar.
Memilih metode pembayaran yang aman juga berperan dalam mengontrol total biaya transaksi. Importir dapat mendiskusikan opsi pembayaran yang paling efisien dengan supplier.
Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan adalah escrow payment, yang memberikan perlindungan tambahan dengan menahan dana hingga barang dikirim sesuai kesepakatan.
Dengan sistem ini, importir dapat menghindari risiko pembayaran sebelum barang diterima, sementara supplier mendapatkan kepastian bahwa dana telah tersedia.
Alternatif lainnya adalah Letter of Credit (L/C), yang berfungsi sebagai jaminan dari bank bahwa pembayaran akan dilakukan setelah persyaratan tertentu dipenuhi, seperti kelengkapan dokumen pengiriman.
Metode pembayaran ekspor impor ini memberikan rasa aman bagi kedua belah pihak, meskipun memiliki biaya tambahan yang perlu diperhitungkan dibandingkan metode pembayaran lainnya seperti remitansi langsung.
Memperhatikan biaya tambahan yang akan dikenakan saat barang tiba di pelabuhan juga perlu dilakukan dengan cermat.
Dalam skema CIF (Cost, Insurance, and Freight), supplier bertanggung jawab atas biaya pengiriman dan asuransi hingga barang sampai di pelabuhan tujuan. Namun, setelah itu, importir harus menanggung berbagai biaya tambahan, termasuk bea masuk dan pajak impor.
Oleh karena itu, importir harus memastikan perhitungan bea masuk dilakukan dengan benar agar tidak terkena biaya tak terduga.
Selain itu, biaya penanganan pelabuhan atau Terminal Handling Charges (THC) juga perlu diperhitungkan karena merupakan biaya yang dikenakan oleh operator pelabuhan untuk bongkar muat barang.
Untuk menghindari biaya tak terduga, importir sebaiknya mendiskusikan estimasi biaya dengan supplier, freight forwarder, atau agen bea cukai sebelum barang dikirim.
Mengambil barang sesuai dengan jadwal kedatangannya juga dapat membantu menghindari biaya demurrage yang sering kali muncul akibat keterlambatan dalam pengurusan pengeluaran barang dari pelabuhan.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, importir dapat lebih mengontrol biaya transfer internasional dalam transaksi CIF dan mengoptimalkan efisiensi dalam proses perdagangan internasional mereka.
Untuk memastikan transaksi pembayaran kepada supplier berjalan dengan lancar, hemat, dan aman, gunakan Kyrim sebagai solusi global transfer terbaik untuk transaksi B2B. Dengan Kyrim, importir dapat menikmati biaya transfer rendah, kurs kompetitif, dan transparansi tanpa biaya tersembunyi.
Jangan biarkan biaya transfer yang tinggi mengurangi keuntungan bisnis. Gunakan Kyrim sekarang dan optimalkan transaksi impor kamu dengan lebih efisien!
Sahid Sudirman Center Level 23 Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat DKI Jakarta