Kyrim - 8 Kendala Umum yang Dihadapi UMKM dalam Ekspor

8 Kendala Besar UMKM dalam Ekspor & Cara Mengatasinya

Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor produk UMKM. Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 65,5 juta unit usaha. Namun, dari jumlah tersebut, hanya sekitar 15,7 persen atau 10,3 juta UMKM yang telah berhasil melakukan ekspor. Alasannya adalah mayoritas pelaku UMKM masih menghadapi berbagai kendala dalam menembus pasar global.

Selain faktor internal, seperti kurangnya pemahaman terhadap standar ekspor, persaingan global yang ketat juga menjadi tantangan bagi UMKM Indonesia. Produk-produk dari negara lain, seperti China dan Vietnam, sering kali lebih murah dan memiliki kapasitas produksi yang lebih besar. 

Oleh karena itu, UMKM Indonesia perlu memahami apa saja kendalanya dan selanjutnya strategi apa yang perlu dilakukan agar dapat bersaing secara lebih kompetitif di pasar global.

 

8 Kendala Umum yang Dihadapi UMKM dalam Ekspor

Berikut adalah kendala UMKM saat ingin produknya menembus pasar internasional.

 

1. Tantangan Legalitas dan Regulasi

Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh UMKM dalam ekspor adalah masalah legalitas dan regulasi. 

Banyak pelaku UMKM yang masih kurang memahami atau belum memiliki dokumen legal yang diperlukan untuk mengekspor produknya.

Beberapa dokumen penting yang sering menjadi hambatan meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Induk Berusaha (NIB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), serta izin ekspor-impor yang diwajibkan oleh negara tujuan ekspor.

Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) juga menjadi tantangan tersendiri. Perlindungan merek dan paten sangat penting agar produk UMKM tidak mudah ditiru atau diklaim oleh pihak lain di pasar internasional. 

Proses pengurusan dokumen legal ini sering kali dianggap rumit dan memakan waktu, sehingga banyak UMKM yang enggan untuk mengurusnya.

 

2. Akses Terbatas terhadap Pembiayaan

Selanjutnya, kendala UMKM saat ingin mengekspor produknya adalah masalah permodalan. Untuk dapat memenuhi permintaan pasar internasional, UMKM perlu meningkatkan kapasitas produksi, menjaga kualitas produk, serta menyesuaikan dengan standar ekspor yang berlaku. Namun, keterbatasan modal menjadi salah satu penghambat utama.

Banyak UMKM yang kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan atau perbankan karena persyaratan yang ketat, seperti syarat agunan dan suku bunga yang tinggi.

 

3. Keterbatasan Penguasaan Bahasa Asing

Dalam perdagangan internasional, komunikasi menjadi faktor kunci dalam menjalin kerja sama dengan pembeli atau mitra bisnis dari luar negeri. Sayangnya, banyak pelaku UMKM yang masih memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, yang merupakan bahasa utama dalam perdagangan global.

Keterbatasan ini sering kali menyebabkan kesulitan dalam memahami kontrak dagang, melakukan negosiasi harga, serta menjelaskan spesifikasi produk kepada calon pembeli dari luar negeri.

 

4. Kurangnya Pendampingan dan Pengembangan Kapasitas

UMKM sering menghadapi kesulitan dalam tata kelola bisnis dan operasional yang efisien. Minimnya pendampingan dan pelatihan dalam aspek keuangan, pemasaran, hingga strategi ekspor menjadi tantangan tersendiri bagi UMKM yang ingin menembus pasar internasional.

Pendampingan dari pemerintah, akademisi, serta pelaku industri sangat diperlukan agar UMKM dapat memahami cara mengembangkan bisnis. Pelatihan mengenai manajemen rantai pasok, pemenuhan regulasi ekspor, serta strategi pemasaran digital harus diperbanyak agar UMKM dapat lebih siap menghadapi persaingan global.

 

5. Standarisasi Produk dan Proses Produksi

Berikutnya, standar produk yang belum dapat dipenuhi merupakan kendala bagi UMKM yang ingin melakukan ekspor. Beberapa negara tujuan ekspor memiliki regulasi ketat mengenai kualitas produk, keamanan pangan, dan sertifikasi tertentu yang harus dipenuhi.

Selain itu, ketidakkonsistenan dalam produksi dan kualitas barang juga sering menjadi kendala. Produk yang tidak seragam dapat menurunkan kepercayaan pembeli internasional. 

 

6. Hambatan dalam Pemasaran dan Distribusi

Banyak pelaku usaha yang belum memahami cara mengakses dan memanfaatkan marketplace internasional. Mereka belum juga belum mampu membangun jaringan distribusi yang efektif.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur logistik dan tingginya biaya pengiriman internasional juga menjadi faktor penghambat.

 

7. Regulasi dan Kebijakan yang Berubah-ubah

Perubahan regulasi dan kebijakan sering terjadi, baik di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor. Perubahan peraturan ini yang membuat UMKM kesulitan dalam menyesuaikan diri. 

Misalnya, perubahan terkait bea masuk, pajak ekspor, larangan dan pembatasan produk tertentu, hingga persyaratan dokumen yang diperlukan. Ketidakpastian ini dapat menghambat kelangsungan ekspor, bahkan penolakan produk di pelabuhan negara tujuan.

 

8. Proses Pembayaran dalam Transaksi Internasional

Sistem pembayaran dalam transaksi ekspor sering kali menjadi kendala bagi UMKM, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan mekanisme pembayaran lintas negara. 

Perbedaan mata uang, fluktuasi nilai tukar, serta risiko keterlambatan pembayaran dari pembeli luar negeri menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Selain itu, penggunaan metode pembayaran yang tidak aman dapat meningkatkan risiko penipuan. Banyak UMKM yang belum memahami metode pembayaran ekspor impor yang lebih aman, seperti Letter of Credit (L/C) atau escrow services.

 

Solusi dan Strategi Meningkatkan Daya Saing UMKM di Pasar Global

Sementar itu, berikut ini strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala UMKM di pasar global.

 

1. Memperkuat Pemahaman Legalitas dan Regulasi Ekspor

UMKM perlu mendapatkan edukasi yang komprehensif terkait legalitas dan regulasi ekspor agar dapat memenuhi persyaratan administrasi dengan lebih mudah. 

Sosialisasi dari pemerintah dan lembaga terkait sangat penting untuk membantu UMKM memahami prosedur ekspor, termasuk pengurusan izin usaha, sertifikasi produk, dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

 

2. Akses yang Lebih Mudah ke Sumber Pembiayaan

Meningkatkan akses UMKM ke berbagai skema pembiayaan merupakan langkah krusial dalam mendukung ekspor. 

Program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), pembiayaan berbasis fintech, dan dukungan modal dari investor dapat membantu UMKM meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing produk mereka di pasar internasional.

 

3. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kualitas Produknya

Pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM berguna untuk meningkatkan skill para pelaku usaha dalam manajemen bisnis, pemasaran internasional, dan strategi ekspor. 

Program mentoring dan kolaborasi dengan akademisi serta pelaku industri besar dapat memberikan wawasan praktis yang lebih mendalam.

Melalui pengetahuan yang didapat ini, UMKM dapat menerapkan dan memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar internasional. Penerapan standar mutu yang ketat, sertifikasi produk, serta inovasi dalam proses produksi dapat meningkatkan kepercayaan pasar internasional terhadap produk UMKM Indonesia.

 

4. Optimalisasi Teknologi Digital untuk Pemasaran Global

UMKM dapat memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk menjangkau pasar global. 

Penggunaan marketplace internasional seperti Amazon, Alibaba, dan eBay dapat menjadi solusi bagi UMKM untuk memasarkan produk mereka secara lebih luas dan efektif.

 

5. Kolaborasi dengan Mitra Logistik dan Penyedia Jasa Ekspor

Bekerja sama dengan penyedia layanan logistik yang berpengalaman dalam ekspor dapat membantu UMKM mengatasi kendala distribusi dan pengiriman. 

Selain itu, pemanfaatan sistem manajemen rantai pasok yang efisien dapat meningkatkan ketepatan waktu pengiriman dan mengurangi biaya logistik.

6. Adaptasi dengan Perubahan Regulasi dan Kebijakan Perdagangan

UMKM harus terus memperbarui informasi terkait kebijakan perdagangan global yang berubah-ubah. Bergabung dengan komunitas bisnis ekspor serta mengikuti perkembangan regulasi di negara tujuan ekspor dapat membantu UMKM mengantisipasi perubahan yang dapat mempengaruhi operasional mereka.

 

7. Pemanfaatan Jasa Keuangan dan Platform Pembayaran Internasional

Dengan memanfaatkan platform pembayaran internasional seperti Kyrim, UMKM dapat mengelola transaksi global dengan lebih efisien dan hemat biaya. Sebagai Spend Management Platform yang mendukung pembayaran internasional, Kyrim menawarkan solusi untuk:

  • Menghemat biaya transfer dengan kurs yang lebih kompetitif dan transparan dibandingkan layanan perbankan konvensional.
  • Mempercepat proses pembayaran sehingga transaksi dengan supplier atau mitra bisnis tidak tertunda.
  • Meningkatkan keamanan dan kepatuhan dalam transaksi internasional dengan sistem yang mematuhi regulasi keuangan global.
  • Mempermudah pencatatan dan pelacakan transaksi untuk memudahkan laporan keuangan dan pengelolaan arus kas.

Dengan solusi ini, UMKM tidak hanya dapat menjalankan bisnis secara lebih efisien, tetapi juga lebih kompetitif dalam pasar global tanpa terbebani oleh kendala finansial yang sering muncul dalam transaksi lintas negara.

Table of Contents