Kyrim - Kenali 8 Jenis Risiko Dan Hambatan Bisnis Internasional dan Cara Mengelolanya

Kenali 8 Jenis Risiko Dan Hambatan Bisnis Internasional dan Cara Mengelolanya

Menjalankan bisnis internasional tidaklah tanpa tantangan. Setiap transaksi yang melibatkan pihak dari berbagai negara memiliki risiko yang lebih kompleks dibandingkan dengan bisnis domestik. 

Perbedaan dalam regulasi perdagangan, nilai tukar mata uang, kondisi ekonomi, hingga faktor budaya dapat menjadi hambatan yang berpotensi mempengaruhi kelancaran transaksi. Jika tidak dikelola dengan baik, risiko-risiko ini dapat menghambat operasional bisnis, dan bahkan menyebabkan kerugian finansial.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai risiko dalam transaksi bisnis internasional sangat diperlukan. Dengan mengetahui jenis-jenis risiko yang mungkin terjadi dan menerapkan strategi mitigasi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif serta mengoptimalkan peluang yang ada.

Jenis Risiko dan Hambatan dalam Bisnis Internasional

Berikut risiko dan hambatan yang sering dihadapi oleh pelaku bisnis internasional, yang meliputi:

1. Risiko Komersial

Risiko komersial berkaitan dengan ketidakpastian dalam hubungan bisnis antara eksportir, importir, dan mitra dagang lainnya. 

Risiko ini dapat terjadi akibat kegagalan salah satu pihak dalam memenuhi kewajibannya, baik karena faktor keuangan, kinerja bisnis yang buruk, maupun perubahan kondisi pasar. 

Beberapa bentuk risiko komersial yang umum terjadi meliputi:

  • Gagal bayar (default risk): Risiko ketika pembeli atau mitra bisnis gagal membayar sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
  • Pembatalan pesanan sepihak: Importir atau pembeli dapat membatalkan pesanan setelah proses produksi atau pengiriman sudah dilakukan.
  • Perubahan preferensi konsumen: Permintaan pasar yang berubah secara tiba-tiba dapat membuat produk yang sebelumnya diminati menjadi kurang relevan.
  • Kualitas dan kepatuhan produk: Produk yang tidak memenuhi standar atau regulasi di negara tujuan dapat ditolak masuk ke pasar.

2. Risiko Politik dan Ekonomi

Risiko politik dan ekonomi mencakup ketidakstabilan yang terjadi di negara tujuan bisnis akibat perubahan kebijakan pemerintah, kondisi politik, atau fluktuasi ekonomi. 

Risiko ini dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis internasional dan sering kali berada di luar kendali perusahaan. 

Salah satu risiko utamanya adalah perubahan regulasi dan kebijakan perdagangan. Sebagai contohnya, perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan, seperti perang dagang antara negara besar (misalnya AS dan Tiongkok) yang berdampak pada tarif impor dan ekspor.

Selain itu, resesi ekonomi di suatu negara juga menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Akibatnya, permintaan terhadap produk impor mengalami penurunan secara drastis.

3. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Perubahan nilai tukar yang tidak terduga dapat berdampak pada harga produk, keuntungan, dan daya saing perusahaan di pasar global. 

Beberapa risiko utama yang terkait dengan nilai tukar mata uang meliputi:

  • Risiko translasi (translation risk): Perusahaan multinasional yang memiliki cabang di berbagai negara sering kali mengalami perubahan nilai aset dan kewajiban akibat fluktuasi kurs mata uang asing.
  • Risiko transaksi (transaction risk): Nilai tukar mata uang dapat berubah antara waktu kontrak disepakati dan saat pembayaran dilakukan.
  • Risiko ekonomi (economic risk): Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi daya saing produk suatu negara di pasar internasional. Misalnya, mata uang yang menguat dapat membuat produk ekspor menjadi lebih mahal bagi pembeli asing, sehingga menurunkan permintaan.

4. Risiko Kesengajaan (Fraud Risk)

Risiko kesengajaan atau fraud risk terjadi ketika terdapat tindakan penipuan, manipulasi, atau ketidakjujuran dalam transaksi bisnis internasional. 

Risiko ini bisa berasal dari mitra bisnis, karyawan, atau pihak ketiga yang terlibat dalam rantai pasokan dan operasional bisnis. 

Beberapa bentuk risiko fraud dalam bisnis internasional meliputi:

  • Pemalsuan dokumen: Pihak tertentu dapat melakukan pemalsuan faktur (invoice fraud), sertifikat, atau dokumen kepabeanan untuk keuntungan pribadi atau menghindari kewajiban hukum.
  • Pencurian aset atau keuangan: Pihak yang tidak bertanggung jawab dapat menyalahgunakan akses keuangan perusahaan, melakukan penggelapan dana, atau mencuri inventaris.
  • Penipuan pembayaran: Modus seperti phishing, rekayasa sosial, dan manipulasi transaksi sering terjadi dalam pembayaran lintas negara.

5. Risiko Keamanan

Bisnis internasional sering kali menghadapi tantangan keamanan, terutama di negara-negara yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi, konflik bersenjata, atau risiko terorisme. 

Risiko ini dapat berdampak pada keselamatan aset perusahaan, karyawan, serta kelangsungan operasional bisnis. 

Salah satu ancaman yang umum terjadi adalah pencurian dan perampokan, di mana gudang ataupun armada pengiriman dapat menjadi target kejahatan.

Selain itu, ancaman siber semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, di mana serangan seperti peretasan data, pencurian informasi sensitif, dan ransomware. Tidak hanya itu, ancaman terorisme dan konflik sosial juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai, terutama di negara-negara yang memiliki tingkat ketidakstabilan tinggi. 

6. Risiko Kesehatan dan Medis

Bisnis internasional juga menghadapi risiko kesehatan dan medis yang dapat memengaruhi karyawan, pelanggan, dan operasional perusahaan. 

Penyebaran penyakit menular menjadi salah satu risiko utama, seperti yang terlihat selama pandemi COVID-19 yang berdampak luas pada bisnis internasional, mulai dari gangguan rantai pasokan hingga pembatasan perjalanan bisnis. 

Selain itu, kondisi kerja yang berbahaya juga menjadi perhatian, terutama di negara-negara dengan standar keselamatan kerja yang lebih rendah. Hal ini meningkatkan risiko kecelakaan kerja atau paparan zat berbahaya yang dapat membahayakan karyawan dan menghambat produktivitas perusahaan.

7. Perbedaan Bahasa dan Budaya

Selanjutnya, perbedaan bahasa dan budaya antara negara asal perusahaan dan pasar yang dituju dapat menjadi hambatan dalam bisnis internasional. 

Faktor ini mempengaruhi cara berkomunikasi dan bernegosiasi yang berdampak terhadap hubungan dengan pelanggan. 

Perbedaan norma bisnis di setiap negara juga berperan penting, misalnya negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea sangat menjunjung tinggi kesopanan dan hierarki, sedangkan negara-negara Barat lebih mengutamakan kejelasan dan efisiensi. 

Selain itu, hambatan dalam pelayanan pelanggan juga dapat terjadi jika perusahaan tidak menyediakan layanan dalam bahasa lokal, yang berpotensi menyulitkan pelanggan dalam mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

8. Tarif Bea Cukai dan Pembatasan Perdagangan

Setiap negara memiliki regulasi perdagangan yang berbeda, termasuk tarif bea cukai, pajak impor, serta pembatasan perdagangan yang dapat mempengaruhi profitabilitas bisnis.

Tarif dan pajak yang tinggi sering diterapkan untuk melindungi industri domestik, yang dapat menyebabkan produk impor menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif dibandingkan dengan produk lokal. 

Kebijakan proteksionisme, seperti kuota impor atau larangan ekspor, juga sering diterapkan untuk mendukung industri dalam negeri. 

Selain itu, prosedur kepabeanan yang rumit dapat memperlambat masuknya barang ke pasar internasional.

Strategi Meminimalkan Risiko dalam Bisnis Internasional

Berikut adalah beberapa strategi utama yang dapat digunakan untuk meminimalkan risiko dalam bisnis internasional:

1. Kejelasan Dokumen dan Kontrak

Dokumen dan kontrak yang tidak jelas atau tidak lengkap dapat menimbulkan berbagai masalah hukum dalam sebuah bisnis. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan bahwa semua dokumen yang digunakan dalam transaksi bisnis bersifat lengkap, jelas, dan sah secara hukum. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Menyesuaikan kontrak dengan standar internasional, termasuk persyaratan pembayaran, spesifikasi produk, dan ketentuan penyelesaian sengketa.
  • Menentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak secara rinci, sehingga tidak ada kebingungan atau perselisihan di kemudian hari.
  • Memastikan kepatuhan terhadap regulasi perdagangan internasional, termasuk kepabeanan, pajak, dan aturan ekspor-impor di negara tujuan.
  • Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak, atau menyediakan terjemahan resmi jika diperlukan.
  • Melibatkan ahli hukum internasional dalam penyusunan dan verifikasi kontrak untuk memastikan tidak ada celah hukum yang dapat merugikan perusahaan.

Dengan dokumen dan kontrak yang jelas, perusahaan dapat menghindari kesalahpahaman, mengurangi risiko sengketa, serta memastikan perlindungan hukum yang lebih baik dalam setiap transaksi.

2. Penggunaan Asuransi Ekspor

Asuransi ekspor merupakan salah satu instrumen yang dapat melindungi perusahaan dari berbagai risiko keuangan

Beberapa manfaat utama asuransi ekspor meliputi perlindungan terhadap gagal bayar, kerusakan barang selama pengiriman, serta risiko politik dan ekonomi di negara tujuan.

Beberapa jenis asuransi yang dapat digunakan dalam bisnis internasional meliputi:

  • Asuransi Kredit Ekspor (Export Credit Insurance)

Jenis asuransi ini memberikan perlindungan kepada eksportir dari risiko gagal bayar oleh pembeli di luar negeri. 

Jika pembeli mengalami kebangkrutan atau tidak dapat melakukan pembayaran sesuai kontrak, perusahaan asuransi akan menanggung sebagian atau seluruh kerugian.

  • Asuransi Kargo (Cargo Insurance)

Asuransi Kargo bertujuan untuk melindungi barang yang dikirim dari risiko kerusakan atau kehilangan selama proses transportasi. Asuransi ini berlaku untuk berbagai moda transportasi, termasuk laut, udara, dan darat.

  • Asuransi Risiko Politik (Political Risk Insurance)

Asuransi Risiko Politik berfungsi melindungi perusahaan dari risiko akibat ketidakstabilan politik di negara tujuan, seperti perang, nasionalisasi aset, atau pembatasan transfer dana.

  • Asuransi Penundaan Pembayaran (Trade Disruption Insurance)

Asuransi Penundaan Pembayaran memberikan perlindungan jika terjadi gangguan dalam rantai pasokan yang menyebabkan keterlambatan pembayaran atau pengiriman barang.

2. Pemilihan Skema Pembayaran yang Tepat

Risiko terbesar dalam bisnis internasional adalah kegagalan pembayaran dari pihak pembeli. Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan harus memilih skema pembayaran yang aman dan sesuai dengan karakteristik transaksi. 

Beberapa metode pembayaran yang umum digunakan dalam bisnis internasional adalah letter of credit (L/C), documentary collection, advance payment, open account, dan layanan escrow. Masing-masing metode pembayaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Untuk informasi selengkapnya mengenai cara memilih metode pembayaran yang paling sesuai, silahkan baca artikelnya 5 Metode Pembayaran Ekspor Impor yang Wajib Diketahui Pebisnis.

3. Menggunakan Lindung Nilai (Hedging) untuk Mengelola Risiko Mata Uang

Perubahan nilai tukar mata uang yang fluktuatif memiliki dampak pada keuntungan bisnis. Nilai tukar yang tidak stabil dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam harga barang, biaya operasional, serta keuntungan perusahaan. Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan dapat menggunakan strategi hedging, seperti:

  • Kontrak berjangka (forward contracts) untuk mengunci nilai tukar pada tingkat yang telah ditentukan.
  • Opsi mata uang (currency options) yang memungkinkan perusahaan membeli atau menjual mata uang asing pada kurs yang telah disepakati.
  • Melakukan transaksi dalam mata uang yang lebih stabil, seperti dolar AS atau euro, untuk mengurangi risiko volatilitas mata uang lokal.

Selain itu, pelaku bisnis dapat menggunakan Rekening Mata Uang Asing (Foreign Currency Accounts) untuk mengurangi risiko nilai tukar. Dengan cara ini, perusahaan tidak perlu langsung menukar dana ke mata uang lokal dan dapat menunggu nilai tukar yang lebih menguntungkan.

4. Profiling Buyer (Identifikasi Calon Pembeli)

Salah satu tantangan dalam bisnis internasional adalah memastikan bahwa pembeli benar-benar memiliki kapasitas untuk melakukan transaksi yang aman dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan profiling buyer atau identifikasi calon pembeli sebelum melakukan transaksi. 

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memeriksa rekam jejak dan reputasi pembeli melalui sumber terpercaya, seperti laporan keuangan, ulasan dari mitra bisnis lain, atau daftar hitam perdagangan internasional.
  • Memverifikasi legalitas perusahaan pembeli, termasuk dokumen hukum seperti izin usaha, nomor pajak, dan sertifikasi kepatuhan perdagangan.
  • Meminta referensi dari pemasok atau mitra bisnis sebelumnya yang telah bekerja sama dengan pembeli tersebut.

Dalam proses ini dibutuhkan sistem vendor onboarding yang memudahkan proses Know Your Business (KYB). Salah satu solusi terbaik adalah Kyrim, sebuah spend management platform yang tidak hanya membantu dalam proses identifikasi mitra bisnis tetapi juga menyediakan layanan global transfer yang cepat, aman, dan hemat biaya. 

Dengan Kyrim, bisnis dapat:

  • Melakukan transaksi lintas negara dengan biaya lebih rendah dibandingkan layanan perbankan konvensional.
  • Mengirim dan menerima pembayaran dalam berbagai mata uang tanpa perlu khawatir terhadap fluktuasi nilai tukar.
  • Memanfaatkan fitur keamanan yang memastikan setiap transaksi berjalan sesuai standar internasional.
  • Menghemat waktu dengan proses pembayaran yang lebih efisien dan transparan.

Dengan menggunakan layanan Kyrim, bisnis dapat mengurangi risiko finansial dan administratif dalam transaksi global, sehingga memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada pertumbuhan dan ekspansi bisnis. Daftar sekarang dan nikmati kemudahan global transfer bersama Kyrim!

Sahid Sudirman Center Level 23
Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat
DKI Jakarta

Lisensi

Sertifikasi

Terdaftar di

Asosiasi

PT Kiriman Dana Pandai 2024. All rights reserved