
Terlambatnya pembayaran dari pelanggan adalah salah satu tantangan terbesar dalam manajemen piutang usaha (accounts receivable atau AR) dan sering menjadi sumber stres bagi tim keuangan.
Di sinilah Accounts Receivable Turnover Ratio (AR Turnover Ratio) berperan penting. Rasio ini mengukur seberapa cepat perusahaan mengonversi piutang menjadi kas, yang berguna untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan piutang usaha. Sebab, jika piutang tidak dikelola dengan baik, arus kas dapat terganggu dan berisiko membahayakan stabilitas bisnis.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang AR Turnover Ratio, mulai dari definisi, cara menghitungnya, hingga strategi untuk meningkatkannya.
Accounts Receivable Turnover atau AR Turnover Ratio adalah metrik keuangan yang mengukur seberapa cepat perusahaan dapat mengumpulkan pembayaran dari pelanggan atas penjualan kredit. Rasio ini juga dikenal sebagai Debtor’s Turnover Ratio atau Receivables Turnover Ratio.
Dalam operasional bisnis, terutama bagi perusahaan yang menjual produk atau layanan dengan sistem kredit, piutang usaha (accounts receivable) merupakan aset penting. Namun, jika pelanggan sering terlambat membayar atau tidak membayar sama sekali, hal ini bisa berdampak negatif pada arus kas dan stabilitas keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, AR Turnover menjadi alat yang berguna untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan kredit dan efisiensi proses penagihan.
Baca juga: Cara Menghitung Account Payable Turnover
Rasio ini memberikan wawasan berharga bagi perusahaan dengan berbagai cara, antara lain:
Rasio yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu menagih piutang dengan cepat. Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki kebijakan kredit yang sehat dan sistem penagihan yang efisien.
Sebaliknya, rasio yang rendah bisa menjadi indikasi banyak faktur yang belum dibayar dalam waktu lama, yang dapat mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.
Memantau AR Turnover Ratio membantu perusahaan dalam mengidentifikasi pelanggan yang sering terlambat membayar, sehingga kebijakan kredit dapat disesuaikan untuk mengurangi risiko.
AR Turnover Ratio dapat membantu perusahaan mengidentifikasi apa penyebab keterlambatan pembayaran pelanggan seperti:
Dengan memahami penyebab keterlambatan, perusahaan bisa menyesuaikan kebijakan kredit dan strategi penagihan agar pembayaran lebih lancar.
Jika pelanggan terus menunda pembayaran yang memperburuk arus kas bisnis, perusahaan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban operasionalnya, seperti membayar gaji karyawan, membeli bahan baku, ataupun yang lainnya.
Dengan memantau AR Turnover Ratio secara berkala, perusahaan dapat mengantisipasi potensi masalah arus kas dan mengambil langkah-langkah preventif sebelum situasi yang tidak diinginkan terjadi.
Baca juga: Cara Mengelola Arus Kas Kecil
Dua komponen yang berhubungan langsung dengan Accounts Receivable (AR) Turnover Ratio yaitu penjualan kredit bersih (net credit sales) dan rata-rata saldo piutang usaha (average accounts receivable).
Nah, rumus yang digunakan untuk menghitung Accounts Receivable Turnover Ratio adalah:
AR Turnover= Penjualan Kredit Bersih/Rata−rata Piutang Usaha
Di mana:
Setelah mendapatkan nilai AR Turnover Ratio, kita juga bisa mengonversinya ke dalam bentuk rata-rata hari penagihan (Accounts Receivable Turnover in Days) dengan rumus berikut:
AR Turnover in Days= 365/AR Turnover Ratio
Karena AR Turnover hanya berfokus pada penjualan kredit, kita harus mengecualikan penjualan tunai. Kemudian, kita juga mengurangi pengembalian (returns), diskon, dan potongan harga dari total penjualan kredit.
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki data berikut selama satu tahun:
Maka, penjualan kredit bersihnya adalah:
Penjualan Kredit Bersih= 3.000.000−100.000−20.000= 2.880.000
Rata-rata piutang usaha diperoleh dengan menghitung rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir periode akuntansi.
Contoh:
Jika piutang usaha perusahaan adalah:
Maka, rata-rata piutang usaha adalah:
Rata−rata Piutang Usaha= (500.000+475.000)/2 =487.500
Dengan data di atas, kita bisa menghitung AR Turnover Ratio:
AR Turnover Ratio= 2.880.000/487.500= 5.9
Untuk mengetahui rata-rata hari yang dibutuhkan perusahaan dalam menagih piutang, gunakan rumus berikut:
AR Turnover in Days= 365/5.9 =61.9 (≈62 hari)
Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan membutuhkan 62 hari untuk menagih piutang dari pelanggannya.
Apa Arti dari Hasil Perhitungan Ini?
Dengan memahami cara menghitung dan menginterpretasikan AR Turnover Ratio, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi penagihan mereka dan mengambil langkah-langkah strategisnya.
Berapa AR Turnover Ratio yang baik? Sebagai panduan umum:
Untuk meningkatkan AR Turnover, perusahaan dapat menerapkan berbagai strategi berikut:
Salah satu alasan utama rendahnya AR Turnover adalah pemberian kredit yang terlalu longgar kepada pelanggan. Untuk mengatasi ini, perusahaan dapat:
Dengan kebijakan yang lebih ketat, risiko piutang macet dapat dikurangi dan perputaran piutang bisa lebih cepat.
Semakin cepat faktur dikirimkan, semakin cepat perusahaan dapat menerima pembayaran. Beberapa cara untuk mempercepat proses penagihan adalah:
Dengan proses penagihan yang lebih cepat dan efisien, arus kas perusahaan pun menjadi lebih lancar.
Baca juga: Cara Menagih Pembayaran Invoice yang Baik dan Tetap Profesional
Strategi ini mendorong pelanggan untuk membayar lebih awal. Contoh skema diskon yang bisa diterapkan: 2/10, Net 30. Artinya, pelanggan mendapatkan diskon 2% jika membayar dalam 10 hari, tetapi tetap harus membayar penuh dalam 30 hari jika tidak menggunakan diskon.
Kemudahan pembayaran dapat meningkatkan peluang pelanggan membayar tepat waktu. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya menawarkan berbagai metode pembayaran, seperti:
Perusahaan sebaiknya secara rutin memantau dan mengevaluasi piutang usahanya. Staf Account Receivable (AR) dapat melakukan analisis aging report untuk melihat piutang mana yang sudah mendekati atau melewati jatuh tempo.
Baca juga: Cara Menyusun Laporan Umur Utang dan Contohnya
Rasio piutang usaha dan utang usaha adalah metrik penting untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan.
Setiap bisnis memerlukan keduanya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang seberapa efisien perusahaan dalam mengelola arus kas masuk dan keluar.
Gunakan Kyrim untuk mempermudah pengelolaan piutang usaha dan utang usaha dengan platform bawaan yang dirancang untuk mengoptimalkan manajemen keuangan perusahaan.
Sahid Sudirman Center Level 23 Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat DKI Jakarta