Tantangan terbesar dalam menjaga kesehatan arus kas adalah ketika perusahaan beroperasi dalam sistem kredit—baik sebagai penerima kredit maupun sebagai pemberi kredit. Pada dasarnya, sistem kredit memang memberikan ruang fleksibilitas, tapi juga menyimpan risiko tersembunyi yang bisa berujung pada kredit macet.
Kredit macet terjadi ketika kewajiban pembayaran tidak terpenuhi sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Dalam konteks perusahaan, kondisi ini bisa berdampak sangat serius: terganggunya arus kas operasional, biaya penagihan yang membengkak, hingga rusaknya hubungan bisnis jangka panjang.
Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk tidak hanya memahami apa itu kredit macet, tetapi juga mengantisipasinya sejak awal—baik melalui manajemen internal yang rapi maupun melalui pemanfaatan teknologi seperti spend management platform untuk membantu pengawasan dan pengambilan keputusan keuangan yang lebih akurat.
Apa Itu Kredit Macet?
Kredit macet adalah kondisi ketika suatu pihak—baik individu maupun perusahaan—gagal memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman atau utang sesuai jadwal yang telah disepakati.
Dalam konteks bisnis, kredit macet sering kali muncul dalam hubungan transaksi B2B (business-to-business), di mana satu perusahaan memberikan tempo pembayaran kepada mitra bisnisnya untuk pembelian barang atau jasa.
Secara umum, kredit dianggap “macet” ketika pembayaran tertunda melebihi waktu tertentu, biasanya 90 hingga 180 hari. Dalam laporan keuangan atau sistem perbankan, status ini bisa masuk dalam kategori “non-performing loan (NPL)” atau tunggakan yang berpotensi merugikan pihak pemberi kredit.
Dalam praktiknya, kredit macet tidak hanya terjadi dalam hubungan perusahaan dengan bank atau lembaga pembiayaan, tetapi juga sangat umum terjadi antara perusahaan dengan supplier ataupun dengan klien.
Misalnya, sebuah distributor memberikan tempo pembayaran 30 hari kepada toko ritel, namun pembayaran belum juga diterima setelah dua bulan. Situasi seperti ini dapat menjadi awal dari kredit macet.
Penyebab Umum Kredit Macet dalam Dunia Usaha
Kredit macet tidak terjadi begitu saja. Dalam banyak kasus, kondisi ini merupakan hasil dari rangkaian keputusan yang kurang tepat, baik dari pihak pemberi maupun penerima kredit.
Memahami akar penyebabnya akan membantu perusahaan melakukan tindakan preventif yang lebih efektif.
Berikut ini adalah beberapa penyebab umum yang sering memicu terjadinya kredit macet dalam transaksi B2B:
1. Manajemen Keuangan yang Buruk
Kelemahan dalam mengelola arus kas, menyusun anggaran, atau mengendalikan pengeluaran sering kali membuat perusahaan tidak siap membayar kewajibannya tepat waktu.
Bahkan perusahaan yang terlihat aktif dan sibuk sekalipun dapat terjebak dalam kredit macet karena likuiditas yang buruk atau utang yang menumpuk.
2. Tidak Ada Evaluasi Kelayakan Mitra Bisnis
Sering kali, perusahaan memberikan tempo pembayaran tanpa mengevaluasi rekam jejak keuangan atau reputasi mitra. Tidak melakukan credit checking atau penilaian risiko dapat membuka peluang tinggi terhadap kegagalan pembayaran di masa depan.
3. Persyaratan Pembayaran yang Terlalu Longgar
Menerapkan tenggat waktu pembayaran yang terlalu lama, tanpa adanya jaminan atau penalti keterlambatan, membuat mitra bisnis merasa tidak terdorong untuk membayar tepat waktu. Selain itu, struktur pembayaran yang tidak jelas dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda dan menyulitkan penagihan.
4. Faktor Eksternal yang Tidak Terkendali
Perubahan ekonomi makro seperti pandemi, inflasi, krisis pasar, atau regulasi baru dapat memengaruhi kemampuan bayar mitra bisnis. Bahkan mitra yang biasanya disiplin dapat mengalami kendala saat menghadapi tekanan ekonomi secara tiba-tiba.
Dampak Kredit Macet terhadap Perusahaan
Kredit macet bukan sekadar masalah pencatatan keuangan—hal ini dapat menimbulkan efek domino yang mengancam kelangsungan operasional dan reputasi perusahaan. Ketika satu transaksi gagal dibayar tepat waktu, konsekuensinya dapat menjalar ke banyak aspek, mulai dari arus kas hingga hubungan bisnis.
Berikut beberapa dampak utama dari kredit macet bagi perusahaan:
1. Terganggunya Arus Kas Operasional
Kredit macet langsung memengaruhi likuiditas perusahaan. Dana yang seharusnya masuk dari pembayaran klien tidak tersedia, sehingga perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban rutin seperti membayar gaji karyawan, menyetorkan pajak, atau membeli bahan baku.
2. Biaya Penagihan yang Meningkat
Menagih pembayaran yang tertunda bukanlah proses instan. Perusahaan perlu mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk melakukan follow-up berkala, menyusun surat penagihan, atau bahkan mengajukan bantuan hukum jika perlu.
Semua ini menambah beban operasional yang tidak seharusnya ada.
3. Hubungan Bisnis yang Merenggang
Ketika terjadi kredit macet, kepercayaan antar mitra bisnis dapat terganggu. Pihak yang dirugikan mungkin akan mengurangi volume kerja sama, memperketat syarat pembayaran di masa depan, atau bahkan memutus hubungan secara permanen.
4. Kerugian Finansial Langsung
Dalam kasus terburuk, utang yang tidak tertagih menjadi kerugian dalam pembukuan. Hal ini dapat memperburuk rasio keuangan perusahaan dan menurunkan penilaian investor, pemberi pinjaman, atau pihak eksternal lainnya.
Karena itu, penting bagi perusahaan untuk tidak memandang kredit macet sebagai risiko “sekali lewat”. Setiap potensi gagal bayar harus ditangani secara sistematis—dengan pencegahan sejak awal, deteksi dini, dan penanganan yang tepat.
Strategi Mengelola Risiko Kredit Macet
Mengelola risiko kredit macet memerlukan pendekatan dua arah—baik ketika perusahaan berada di posisi sebagai penerima kredit (klien) maupun sebagai pemberi kredit (vendor atau supplier).
A. Jika Sebagai Penerima Kredit (Klien)
Dalam posisi sebagai klien, perusahaan harus memastikan bahwa setiap kewajiban pembayaran dapat diselesaikan tepat waktu.
Kredit yang digunakan secara bijak dapat membantu kelancaran operasional, tapi jika tidak diawasi, akan mudah berubah menjadi beban berkepanjangan.
Berikut strategi yang bisa diterapkan:
1. Jaga Arus Kas agar Mampu Bayar Tepat Waktu
Kunci utama agar kredit tidak menjadi masalah adalah menjaga likuiditas. Perusahaan harus mampu memetakan kapan dana masuk dan keluar, serta memprioritaskan pembayaran-pembayaran strategis.
2. Ajukan Restrukturisasi Jika Perlu
Jika terjadi kendala dalam pembayaran, jangan menunggu hingga tunggakan memburuk. Ajukan restrukturisasi ke lembaga pemberi kredit. Ada tiga bentuk restrukturisasi umum:
- Rescheduling: penjadwalan ulang cicilan
- Restructuring: penyesuaian syarat pinjaman (bunga, jangka waktu, agunan)
- Reconditioning: keringanan bunga, tambahan fasilitas, atau penggabungan tunggakan ke pinjaman baru
Langkah ini bisa menyelamatkan reputasi dan menjaga kelangsungan operasional.
3. Jaga Reputasi Pembayaran
Konsistensi dalam membayar tepat waktu akan memperkuat kepercayaan dari mitra bisnis maupun lembaga keuangan. Reputasi baik ini juga menjadi modal penting jika perusahaan membutuhkan tambahan kredit atau renegosiasi syarat pembayaran di masa depan.
B. Jika Sebagai Pemberi Kredit (Vendor)
Ketika perusahaan menjadi vendor atau supplier yang memberikan tempo pembayaran ke klien, risiko kredit macet juga tetap ada. Oleh karena itu, penting untuk menyusun sistem mitigasi sejak awal:
1. Lakukan Evaluasi Kredit Awal
Sebelum memberikan fasilitas tempo, lakukan credit checking terhadap calon klien. Tinjau laporan keuangan, reputasi pembayaran, dan riwayat kerja sama sebelumnya. Langkah ini mencegah risiko gagal bayar dari mitra yang tidak sehat secara finansial.
2. Tetapkan Batas Kredit dan Tempo yang Realistis
Jangan memberikan limit kredit yang terlalu besar atau tempo yang terlalu longgar—terutama jika belum ada rekam jejak kerja sama yang panjang. Mulailah dari volume kecil dan evaluasi performa pembayaran klien secara berkala.
3. Gunakan Kontrak & Denda untuk Keterlambatan
Pastikan semua perjanjian pembayaran dituangkan secara tertulis dalam kontrak, termasuk denda atau bunga keterlambatan. Hal ini bukan semata-mata untuk menekan mitra, tetapi menjadi dasar hukum jika terjadi sengketa dan memberikan “warning” bagi klien untuk membayar tepat waktu.
4. Komunikasi Terbuka Jika Terjadi Keterlambatan
Jika klien mulai terlambat membayar, segera lakukan pendekatan secara profesional. Ajak berdiskusi untuk mencari solusi pembayaran ulang yang disepakati kedua pihak. Komunikasi terbuka bisa menyelamatkan hubungan bisnis dan mempercepat penyelesaian kredit macet.
Peran Teknologi Kyrim dalam Pencegahan Kredit Macet
Menghindari kredit macet membutuhkan kendali penuh atas pengeluaran dan arus kas. Kyrim, sebagai spend management platform, membantu perusahaan memantau pengeluaran secara real-time, menetapkan batas anggaran, dan mendeteksi potensi pemborosan sejak dini.
Kyrim membantu perusahaan dengan memberikan visibilitas penuh atas pengeluaran harian, status pembayaran, jatuh tempo, dan prioritas kewajiban, sehingga keputusan keuangan dapat diambil secara cepat dan akurat.
Selain itu, pengeluaran dalam perusahaan dikelola melalui alur persetujuan yang tertata dan disiplin, memastikan setiap transaksi telah melewati kontrol internal yang sesuai dengan struktur organisasi.
Hal inilah yang memungkinkan tim keuangan untuk dapat lebih fokus pada perencanaan strategis dan pengembangan bisnis, bukan hanya berkutat pada pelacakan transaksi.
Ingin mencegah kredit macet sebelum terjadi? Yuk gunakan Kyrim.