Kyrim - Rahasia Efektif Melakukan Audit Laporan Keuangan

Rahasia Cara Efektif Melakukan Audit Keuangan Dan Solusi Efisien untuk Mempermudah Prosesnya

Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana cara memastikan laporan keuangan perusahaan benar-benar bebas dari kesalahan atau kecurangan?

Nah untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses audit laporan keuangan.

Tanpa adanya audit, perusahaan tidak akan tahu jika terjadi kesalahan atau manipulasi dalam laporan keuangannya. Penyebabnya bisa beragam, baik disengaja maupun tidak. Akibatnya, laporan keuangan menjadi kurang valid dan dapat menyesatkan para stakeholders.

Jadi, bagaimana sebenarnya audit keuangan dilakukan dan apa saja yang perlu diperhatikan dalam setiap tahapannya?

Artikel ini akan membahas secara rinci seluk beluk audit keuangan, tahapan-tahapannya, serta bagaimana platform seperti Kyrim dapat membantu mempermudah proses audit dengan teknologi yang mendukung pengelolaan pengeluaran dan transparansi keuangan.

Apa Itu Audit Keuangan?

Audit keuangan adalah proses sistematis yang dilakukan untuk mengevaluasi laporan keuangan perusahaan secara objektif. 

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta bebas dari kesalahan atau kecurangan.

Kesalahan ini bisa berupa penggambaran yang salah atas pendapatan, pengeluaran, atau aset perusahaan, yang pada akhirnya akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 

Inilah mengapa laporan keuangan yang belum diaudit seringkali dianggap kurang dapat diandalkan.

Kenapa Audit Keuangan Penting bagi Perusahaan?

Berikut adalah beberapa alasan mengapa audit keuangan sangat penting bagi perusahaan:

1. Meningkatkan Kredibilitas di Mata Stakeholder

Audit keuangan yang dilakukan oleh auditor independen memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan bahwa laporan keuangan yang disajikan perusahaan mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya, bukan praktik window dressing

2. Memastikan Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi

Audit keuangan membantu memastikan bahwa perusahaan mengikuti standar akuntansi yang berlaku, seperti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia. 

3. Mendeteksi Kecurangan dan Kesalahan

Salah satu tujuan utama dari audit keuangan adalah untuk mendeteksi potensi kecurangan atau kesalahan dalam laporan keuangan. 

Kesalahan ini bisa terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja, misalnya manipulasi data oleh karyawan, kesalahan perhitungan, atau pencatatan yang tidak akurat. 

4. Mendukung Pengendalian Internal

Proses audit tidak hanya meninjau laporan keuangan, tetapi juga mengevaluasi efektivitas pengendalian internal perusahaan. 

Auditor akan menilai apakah sistem pengendalian yang ada cukup kuat untuk mencegah penipuan, kesalahan, atau penyimpangan dalam operasi keuangan. 

Jika ada kelemahan dalam sistem ini, audit keuangan dapat memberikan rekomendasi untuk memperbaikinya.

Baca juga: 12 Skill yang Harus Dikuasai oleh Auditor

5. Memenuhi Kewajiban Hukum

Bagi perusahaan tertentu, terutama perusahaan terbuka (Tbk), audit keuangan merupakan kewajiban yang diatur oleh undang-undang. 

Di Indonesia, sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, audit keuangan oleh akuntan publik wajib dilakukan jika perusahaan menghimpun dana dari masyarakat, memiliki aset tertentu, atau terdaftar di bursa saham. 

Kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini dapat menyebabkan sanksi hukum dan mengurangi kepercayaan publik terhadap perusahaan.

6. Memberikan Gambaran yang Akurat tentang Kondisi Keuangan Perusahaan

Dari hasil audit, perusahaan dapat mengetahui apakah sedang berada dalam posisi keuangan yang sehat atau justru perlu memperbaiki beberapa aspek operasional. 

7. Mendukung Perencanaan Bisnis Jangka Panjang

Dengan laporan keuangan yang telah diaudit, manajemen perusahaan dapat merumuskan strategi bisnis yang lebih tepat dan berkelanjutan. 

Informasi yang akurat mengenai keuangan perusahaan akan membantu manajemen dalam membuat keputusan penting, seperti perencanaan anggaran, pengembangan produk, atau ekspansi bisnis.

Jenis-Jenis Audit Keuangan

Berikut ini adalah jenis-jenis audit keuangan yang umum dilakukan di perusahaan:

1. Audit Eksternal

Audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen dari luar perusahaan. Tujuan utama dari audit eksternal adalah memberikan opini yang objektif dan tidak bias mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan. 

Auditor eksternal akan mengevaluasi semua aspek laporan keuangan, termasuk neraca, laporan laba rugi, arus kas, dan perubahan ekuitas. 

Baca juga: Panduan Praktis Menghitung 6 Jenis Arus Kas Perusahaan Beserta Contohnya

2. Audit Internal

Berbeda dengan audit eksternal, audit internal dilakukan oleh auditor yang berada di dalam perusahaan. 

Audit internal bertujuan untuk memeriksa dan mengevaluasi efektivitas pengendalian internal perusahaan serta memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 

Fungsi utama audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam meningkatkan efisiensi operasional, mengidentifikasi potensi risiko, dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan regulasi internal perusahaan.

Selain itu, audit internal juga berfungsi sebagai langkah awal sebelum perusahaan menjalani audit eksternal.

Cara Audit Keuangan Perusahaan

Berikut adalah cara audit keuangan yang perlu dipahami.

1. Penerimaan Perikatan Audit

Tahapan pertama yang perlu dilakukan dalam proses audit keuangan adalah penerimaan perikatan audit, di mana auditor dan perusahaan menyepakati tugas yang akan dilakukan. 

Kesepakatan ini dituangkan dalam surat perikatan audit yang menjelaskan ruang lingkup pekerjaan, tanggung jawab auditor, dan persetujuan perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan serta dokumen pendukung lainnya. 

Pada tahap ini, auditor juga akan mengevaluasi apakah perusahaan tersebut sesuai untuk diaudit sesuai dengan kriteria audit yang telah ditetapkan.

2. Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit

Setelah perikatan disetujui, auditor melanjutkan ke tahap perencanaan audit. Di sini, auditor harus memahami bisnis dan industri tempat perusahaan beroperasi. 

Auditor juga akan menentukan tingkat materialitas, yaitu sejauh mana kesalahan dalam laporan keuangan dapat dianggap signifikan. 

Selain itu, auditor perlu mengevaluasi risiko audit, risiko pengendalian, dan risiko bawaan. 

Berdasarkan pemahaman ini, auditor mengembangkan rencana audit yang mencakup jenis bukti yang akan dikumpulkan serta prosedur pengujian yang akan dilakukan.

3. Pelaksanaan Pengujian: Uji Pengendalian dan Uji Substantif

Tahap berikutnya adalah pelaksanaan pengujian audit, yang mencakup dua jenis pengujian utama: uji pengendalian dan uji substantif.

  • Uji Pengendalian: Auditor mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan. Pengendalian internal yang kuat dapat mencegah kesalahan dan kecurangan dalam laporan keuangan.
  • Uji Substantif: Auditor melakukan verifikasi dan membandingkan antara nilai moneter dalam laporan keuangan dengan bukti pendukung, seperti dokumen transaksi. Proses ini bertujuan untuk menemukan kesalahan material yang mungkin terjadi.

4. Analisis dan Observasi Prosedur Audit

Dalam tahap ini, auditor melaksanakan prosedur analitis untuk membandingkan saldo akun dalam laporan keuangan dengan data pembanding atau tren historis. 

Auditor juga melakukan observasi terhadap operasi perusahaan untuk memverifikasi apakah proses keuangan berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan. 

Selain itu, auditor melakukan uji rincian saldo, yakni memeriksa akun-akun tertentu dalam laporan keuangan untuk memastikan tidak ada salah saji yang material. 

Semua hasil observasi ini kemudian dikaitkan dengan pengujian sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi keuangan perusahaan.

5. Klarifikasi dan Penyusunan Kesimpulan

Setelah semua pengujian dan analisis selesai, auditor akan mengklarifikasi temuan-temuannya dengan pihak perusahaan. 

Jika ditemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam laporan keuangan, auditor akan berdiskusi dengan manajemen untuk memahami penyebabnya dan memastikan apakah kesalahan tersebut bersifat material atau dapat diabaikan. 

Pada tahap ini, auditor mungkin juga melibatkan rekan auditor lain untuk memvalidasi temuan dan memastikan kesimpulan yang diambil sudah akurat. 

Klarifikasi ini penting untuk memastikan bahwa hasil audit bersifat objektif dan dapat dipercaya.

6. Penerbitan Laporan Audit

Proses terakhir adalah penerbitan laporan audit. Laporan ini berisi penilaian auditor mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, yang disampaikan dalam bentuk opini audit. 

Beberapa jenis opini yang biasanya diberikan auditor:

  • Opini Wajar Tanpa Pengecualian: Laporan keuangan dianggap wajar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
  • Opini Wajar Dengan Pengecualian: Laporan keuangan wajar, tetapi ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan.
  • Opini Tidak Wajar: Laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya.
  • Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat): Auditor tidak dapat memberikan opini karena kurangnya bukti yang memadai atau pembatasan yang diberlakukan oleh manajemen.

 

Standar dan Dokumen yang Diperlukan dalam Audit

Berikut adalah penjelasan mengenai standar dan dokumen yang diperlukan dalam audit keuangan.

1. Standar Audit yang Berlaku

Di Indonesia, standar audit yang digunakan mengacu pada aturan yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang dikenal dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). 

SPAP terdiri dari tiga bagian penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit:

a. Standar Umum

  • Audit harus dilakukan oleh auditor yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai.
  • Auditor harus menjaga independensi dan bebas dari pengaruh apapun yang dapat mempengaruhi penilaian.
  • Auditor wajib menggunakan keahlian profesional dengan cermat dalam semua tahapan audit.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

  • Proses audit harus direncanakan dengan baik, dan jika ada tim atau asisten yang terlibat, mereka harus dipandu dan diawasi dengan semestinya.
  • Auditor harus memahami pengendalian internal perusahaan agar bisa merencanakan audit dengan tepat dan menentukan sifat, waktu, serta lingkup pengujian.
  • Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, observasi, konfirmasi, dan wawancara sebagai dasar untuk menyusun opini audit.

c. Standar Pelaporan

  • Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan perusahaan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
  • Laporan harus mengungkapkan apakah ada perubahan material dalam penerapan prinsip akuntansi dari periode sebelumnya.
  • Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus cukup memadai agar laporan tersebut tidak menyesatkan.
  • Auditor harus memberikan opini atas laporan keuangan, atau jika tidak memungkinkan, memberikan pernyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan pendapat.

 

2. Dokumen yang Diperlukan dalam Audit Keuangan

Berikut adalah beberapa dokumen utama yang harus disiapkan oleh perusahaan:

a. Buku Besar dan Buku Pembantu

Dokumen ini berisi catatan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi harian, termasuk penjualan, pembelian, pembayaran, dan penerimaan kas. 

b. Laporan Keuangan

Laporan ini meliputi laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 

c. Dokumen Bank

Semua pernyataan bank, slip penyetoran, dan buku cek harus disediakan. Dokumen ini diperlukan untuk merekonsiliasi transaksi kas dan memastikan bahwa catatan keuangan perusahaan sesuai dengan data dari bank.

d. Faktur dan Bukti Transaksi

Faktur penjualan, faktur pembelian, kwitansi, dan bukti transaksi lainnya harus disediakan untuk mendukung angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan. 

e. Jadwal Utang dan Piutang

Dokumen ini mencantumkan semua utang yang harus dibayar oleh perusahaan dan piutang yang harus diterima dari pelanggan. 

Auditor menggunakan jadwal ini untuk memeriksa kewajaran saldo utang dan piutang dalam laporan keuangan.

f. Dokumen Gaji dan Karyawan

Auditor perlu melihat catatan penggajian, slip gaji, serta kontrak karyawan untuk memastikan bahwa semua pengeluaran terkait gaji telah tercatat dengan benar dan sesuai peraturan ketenagakerjaan.

g. Laporan Rekonsiliasi Bank

Perusahaan harus menyediakan laporan rekonsiliasi bank yang mencocokkan saldo buku kas perusahaan dengan saldo yang ditunjukkan oleh laporan bank.

h. Daftar Aset Tetap

Perusahaan harus menyiapkan daftar aset tetap, seperti bangunan, kendaraan, dan peralatan. 

Selain 8 dokumen tersebut, auditor sering meminta berbagai dokumen pendukung lainnya. Misalnya, jadwal penyusutan aset yang menunjukkan bagaimana perusahaan menghitung penyusutan aset tetap setiap tahunnya.

Auditor akan memastikan bahwa metode penyusutan tersebut sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 

Selain itu, dokumen ringkasan pengeluaran dan penerimaan kas juga sering diminta. Tidak kalah penting, laporan rekonsiliasi hutang dan piutang menjadi bahan krusial untuk mencocokkan saldo yang tercatat dengan laporan dari pihak ketiga.

Dengan beragam dokumen yang harus disiapkan, proses audit bisa menjadi sangat kompleks dan memakan waktu. Di sinilah spend management platform hadir untuk menyederhanakan pekerjaan.

Optimalkan proses audit keuangan perusahaan kamu dengan Spend Management Platform dari Kyrim!

Kyrim membantu menyederhanakan pemantauan dan pelacakan pengeluaran secara real-time, memudahkan verifikasi dan analisis transaksi. 

Dapatkan visibilitas penuh atas keuangan perusahaan kamu untuk memastikan kepatuhan, mengurangi risiko kesalahan, dan meningkatkan efisiensi audit keuangan. 

Mulai sekarang dengan mencoba demo penggunaan Kyrim, untuk audit yang lebih cepat dan akurat!

Sahid Sudirman Center Level 23
Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat
DKI Jakarta

Lisensi

Sertifikasi

Terdaftar di

Asosiasi

PT Kiriman Dana Pandai 2024. All rights reserved