Menjalankan sebuah bisnis tidak terlepas dari yang namanya risiko. Kondisi ekonomi yang terus berubah, persaingan pasar, dan situasi global yang dinamis sering kali menciptakan ketidakpastian yang berisiko mengganggu stabilitas perusahaan.
Tanpa langkah antisipasi yang tepat, risiko tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi pelaku bisnis. Untuk itu, diperlukan strategi mitigasi risiko yang terukur, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian yang tak diinginkan.
Upaya ini bermanfaat untuk mencegah kerugian finansial dan memastikan bisnis tetap relevan dan adaptif di pasar yang terus berkembang.
Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah bagaimana Bluebird, perusahaan penyedia layanan taksi di Indonesia, menghadapi risiko besar dengan munculnya layanan transportasi online seperti Gojek dan Grab.
Seperti mengutip Tirto.co.id pendapatan Blue Bird dalam kuartal pertama 2017 turun sekitar 10 persen dari kuartal sebelumnya menjadi Rp1,04 triliun, sementara laba bersihnya mengalami penurunan hingga 20 persen.
Penurunan ini mendorong Blue Bird untuk mencari strategi baru. Selain meluncurkan aplikasi pemesanan taksi sendiri, Bluebird juga menjalin kemitraan strategis dengan Gojek pada tahun 2017 untuk mengintegrasikan layanan mereka ke dalam ekosistem Gojek, yang terbukti membantu stabilitas keuangan Blue Bird ke depannya.
Langkah-langkah ini, membantu Blue Bird mempertahankan pangsa pasar dan relevansinya di industri transportasi yang semakin kompetitif.
Nah, artikel ini akan membahas strategi dalam meminimalkan risiko bisnis, dimulai dari identifikasi risiko, perencanaan yang matang, hingga monitoring secara berkelanjutan. Beberapa contoh akan disertakan untuk menunjukkan bagaimana strategi ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi bisnis.
Risiko bisnis adalah potensi kejadian atau kondisi yang dapat berdampak negatif terhadap operasional, keuangan, dan bahkan reputasi suatu perusahaan.
Setiap bisnis berhadapan dengan risiko yang muncul dari berbagai sumber, seperti perubahan pasar, ketidakpastian ekonomi, hingga masalah internal perusahaan.
Seperti halnya dalam dunia saham, kita mengenal high risk high return, risiko ini merupakan bagian dari upaya untuk meraih keuntungan, namun tanpa pengelolaan yang tepat, risiko tersebut dapat mengancam keberlangsungan bisnis.
Dalam konteks bisnis, risiko sering kali mencakup beberapa aspek, antara lain:
Pasar selalu berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan tren konsumen yang terus berganti. Perubahan ini dapat menciptakan tantangan baru bagi bisnis, seperti penurunan permintaan produk, perubahan harga bahan baku, atau munculnya pesaing baru.
Ketika sebuah bisnis tidak dapat beradaptasi dengan perubahan ini, risiko pasar dapat menyebabkan penurunan pendapatan atau bahkan kehilangan pangsa pasar.
Risiko operasional berkaitan dengan gangguan pada proses bisnis sehari-hari, yang bisa disebabkan oleh faktor internal, seperti human error, kegagalan teknologi, atau kurangnya infrastruktur pendukung.
Misalnya, kerusakan mesin produksi dapat menghentikan sementara kegiatan operasional, atau kesalahan dalam manajemen rantai pasokan dapat mengakibatkan keterlambatan pengiriman produk ke pelanggan.
Aspek keuangan adalah salah satu komponen yang paling rentan terhadap risiko dalam bisnis. Risiko keuangan mencakup berbagai masalah, mulai dari fluktuasi arus kas, tingkat utang yang tinggi, hingga perubahan suku bunga.
Jika tidak dikelola dengan baik, risiko keuangan dapat mengganggu stabilitas perusahaan dan menghambat pertumbuhan bisnis jangka panjang.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Risiko Keuangan yang Dihadapi dalam Bisnis
Perusahaan harus mematuhi peraturan yang berlaku di setiap negara tempat mereka beroperasi.
Risiko hukum atau legal muncul ketika bisnis melanggar peraturan, baik terkait hak cipta, perizinan, maupun kontrak dengan pihak lain.
Berapa alasan utama mengapa mitigasi risiko penting dalam bisnis:
Setiap bisnis rentan terhadap risiko keuangan, baik dari segi arus kas, tingkat utang, atau fluktuasi pasar.
Tanpa mitigasi risiko yang memadai, perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan yang menghambat operasional.
Risiko operasional, seperti kerusakan mesin, human error, atau gangguan rantai pasokan, dapat menyebabkan gangguan pada operasional bisnis.
Dengan strategi mitigasi risiko, perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seperti pemeliharaan rutin mesin atau pelatihan untuk karyawan, guna mengurangi risiko ini.
Perusahaan yang memiliki strategi mitigasi risiko yang jelas dan terukur cenderung lebih dipercaya oleh pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, investor, dan mitra bisnis.
Mitigasi risiko menunjukkan komitmen perusahaan untuk menghadapi tantangan yang mungkin saja muncul.
Hal ini mampu meningkatkan reputasi perusahaan dan memperkuat hubungan perusahaan dengan pihak eksternal.
Dunia bisnis terus berubah, baik karena perkembangan teknologi, perubahan regulasi, atau pergeseran tren konsumen.
Mitigasi risiko yang efektif membantu perusahaan untuk tetap adaptif terhadap perubahan ini.
Dengan mengidentifikasi dan merencanakan potensi risiko di awal, perusahaan dapat merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga mampu beradaptasi lebih baik di lingkungan bisnis yang kompetitif.
Risiko hukum atau legal dapat muncul ketika perusahaan tidak mematuhi peraturan atau melanggar kontrak dengan pihak lain.
Dengan strategi mitigasi yang tepat, perusahaan dapat memastikan semua aspek operasionalnya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dengan mengetahui bahwa potensi ancaman dikelola dengan baik, perusahaan dapat bereksperimen dan mengembangkan produk atau layanan baru tanpa khawatir akan dampak negatif yang besar.
Pendekatan ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi, menghadirkan nilai tambah bagi konsumen, dan siap bersaing di pasar.
Mitigasi risiko memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya, seperti waktu, tenaga, dan modal, secara lebih efektif.
Dengan memprioritaskan risiko yang paling berpotensi merugikan, perusahaan dapat fokus pada upaya-upaya mitigasi yang paling berdampak. Dengan demikian, perusahaan dapat terhindar dari pemborosan sumber daya, sehingga operasional bisnis dapat berjalan lebih efisien.
Berikut adalah cara untuk meminimalkan risiko dalam bisnis yang bisa dilakukan:
Langkah pertama dalam mengelola risiko adalah mengidentifikasi semua potensi ancaman yang mungkin dihadapi perusahaan.
Risiko dalam bisnis bisa berasal dari berbagai faktor, seperti keuangan, operasional, hukum, dan bahkan eksternal seperti perubahan pasar atau bencana alam.
Identifikasi risiko ini mencakup berbagai pendekatan, mulai dari analisis data historis, hingga riset pasar.
Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko untuk menentukan seberapa besar pengaruh setiap risiko terhadap bisnis. Perusahaan melakukan penilaian risiko dengan berfokus pada dua aspek yaitu:
Dengan penilaian ini, perusahaan dapat memprioritaskan risiko yang memerlukan perhatian khusus dan merencanakan langkah-langkah mitigasi yang sesuai.
Sebagai contoh, risiko finansial yang dapat mempengaruhi arus kas secara signifikan akan mendapat penanganan prioritas daripada risiko yang lebih rendah, seperti kesalahan kecil dalam administrasi.
Langkah ini memungkinkan perusahaan untuk merespons risiko yang paling krusial dengan tindakan pencegahan yang tepat.
Dengan perencanaan bisnis yang baik, perusahaan akan lebih siap menghadapi risiko yang mungkin terjadi dan memiliki panduan yang jelas dalam menanganinya.
Manajemen risiko yang baik memerlukan strategi yang terstruktur dan mendalam. Setiap aspek bisnis, mulai dari operasional, pemasaran, hingga keuangan, perlu dipertimbangkan dalam rencana ini.
Misalnya, dalam hal risiko finansial, perusahaan mungkin menyiapkan cadangan dana atau meminimalkan utang untuk memastikan ketahanan finansial di saat krisis. Contoh lain dalam aspek operasional, rencana manajemen risiko dapat mencakup prosedur untuk menangani gangguan produksi atau kelangkaan bahan baku.
Dalam berbagai aspek bisnis, teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kelancaran operasional.
Berikut adalah beberapa cara teknologi dapat dimanfaatkan dalam mitigasi risiko bisnis:
Proses rekrutmen dan seleksi yang ketat membantu perusahaan memastikan bahwa karyawan yang direkrut memiliki keterampilan, pengalaman, dan sikap yang sesuai dengan budaya dan tujuan perusahaan.
Langkah ini dimulai dengan mendefinisikan kebutuhan spesifik perusahaan terhadap posisi tertentu, mengidentifikasi kualifikasi yang diharapkan, dan melakukan penyaringan kandidat secara objektif.
Pengambilan keputusan yang terburu-buru dan tanpa pertimbangan yang matang adalah salah satu sumber dari munculnya risiko bisnis. Meski terkadang kecepatan dibutuhkan dalam menjalankan bisnis, penting bagi perusahaan untuk selalu mempertimbangkan risiko dan dampak jangka panjang dari setiap keputusan yang diambil.
Cara mengambil keputusan yang bijaksana mencakup beberapa langkah, seperti membuat daftar risiko yang mungkin timbul, mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan yang akan diambil, dan mengevaluasi dampak keputusan terhadap berbagai aspek bisnis.
Melibatkan tim ahli terkait dalam proses pengambilan keputusan juga dapat membantu perusahaan menghindari risiko yang mungkin terabaikan ketika hanya dilihat dari satu sudut pandang.
Evaluasi dan monitoring secara berkala adalah langkah penting dalam mengidentifikasi kelemahan atau potensi masalah sebelum berdampak besar pada bisnis.
Dengan melakukan evaluasi rutin, perusahaan dapat memantau kinerja dan memastikan bahwa proyek atau proses berjalan sesuai rencana.
Evaluasi kinerja dapat dilakukan setiap triwulan atau semester untuk meninjau pencapaian, mengukur efektivitas strategi, dan memastikan keselarasan dengan tujuan perusahaan.
Perusahaan dapat mendeteksi kesalahan, kegagalan, atau penyimpangan lebih awal sehingga tindakan korektif dapat segera diambil.
Misalnya:
Evaluasi Kinerja Operasional: Membantu perusahaan menemukan faktor-faktor yang menghambat produktivitas atau efisiensi, sehingga bisa segera diselesaikan sebelum berdampak lebih lanjut.
Evaluasi Kinerja Vendor/Partner Kerja: Dalam hal ini, evaluasi vendor dilakukan untuk memastikan pihak vendor memberikan produk atau layanan yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Misalnya:
Diversifikasi memungkinkan perusahaan untuk tidak bergantung pada satu sumber pendapatan atau pasar saja, sehingga ketika satu area bisnis mengalami penurunan, sumber lainnya masih bisa menopang operasional.
Diversifikasi ini bisa dalam bentuk pengembangan produk baru, ekspansi ke pasar baru, atau peningkatan variasi layanan yang ditawarkan.
Di sisi lain, mengatur keuangan bisnis adalah bentuk kesiapan finansial yang disiapkan untuk menghadapi kondisi tak terduga, seperti penurunan ekonomi, perubahan regulasi, atau bencana alam.
Cadangan dana berfungsi sebagai penyangga yang membantu perusahaan tetap stabil dan beroperasi selama masa sulit.
Misalnya, perusahaan bisa menyisihkan sebagian keuntungan sebagai dana darurat atau cadangan kas untuk menghadapi krisis yang tidak dapat diprediksi.
Dengan memiliki dana cadangan, perusahaan dapat mempertahankan arus kas yang stabil dan menjaga keberlangsungan bisnis bahkan dalam situasi yang menantang.
Baca juga: Cara Menghitung Arus Kas dan Contohnya
Membangun hubungan yang kuat dengan rekan bisnis memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Salah satunya sinergi untuk tumbuh bersama.
Langkah pertama dalam membangun hubungan yang baik dengan rekan bisnis adalah melakukan pemilihan mendalam terhadap calon mitra.
Misalnya, memeriksa latar belakang perusahaan mitra, melihat portofolio proyek yang sudah dikerjakan, dan mempertimbangkan ulasan dari mitra-mitra sebelumnya adalah cara yang efektif untuk menghindari risiko kemitraan yang berpotensi merugikan.
Pendekatan Agile adalah metode yang semakin populer dalam manajemen proyek, terutama dalam mitigasi risiko bisnis.
Agile memungkinkan perusahaan untuk tetap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan pasar atau kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.
Dengan Agile, perusahaan dapat menerapkan siklus pengembangan yang lebih cepat, mengumpulkan umpan balik dari pelanggan secara langsung, dan menyesuaikan produk atau layanan berdasarkan respons pasar.
Salah satu cara penerapan Agile adalah dengan meluncurkan Minimum Viable Product (MVP) atau produk minimum yang layak, sehingga perusahaan dapat menguji respons pasar dengan biaya dan risiko yang lebih rendah.
Misalnya, sebuah perusahaan teknologi yang sedang mengembangkan aplikasi baru bisa merilis versi awal aplikasi dengan fitur dasar untuk melihat bagaimana reaksi pengguna.
Jika ada umpan balik negatif, perusahaan dapat memperbaiki produk tersebut sebelum investasi lebih lanjut, sehingga risiko kerugian besar dapat diminimalkan.
Cara mengurangi risiko bisnis yang terakhir adalah dengan memastikan pembayaran dilakukan tepat waktu, baik kepada pemasok, karyawan, maupun mitra bisnis.
Pembayaran yang tepat waktu membantu perusahaan menjaga hubungan baik dengan pihak ketiga, menghindari penalti, dan mempertahankan reputasi perusahaan.
Untuk itu, perusahaan perlu memiliki kebijakan pengelolaan keuangan yang ketat. Menggunakan spend management platform, misalnya, dapat membantu perusahaan memantau pengeluaran secara real-time, memastikan anggaran sesuai, dan mengidentifikasi area di mana penghematan dapat dilakukan.
Jika tertarik, bisa langsung mencoba demo gratisnya dengan klik button di bawah ini, ya!
Sahid Sudirman Center Level 23 Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat DKI Jakarta