Dalam menjalankan sebuah bisnis, berbagai jenis risiko dapat muncul kapan saja dan memiliki dampak yang buruk terhadap keberlanjutan usaha. Salah satu risiko yang paling sering dihadapi oleh perusahaan adalah risiko keuangan.
Risiko keuangan ini berhubungan langsung dengan kemampuan perusahaan untuk mengelola pendapatan, pengeluaran, dan utang. Korelasi antara utang dan risiko keuangan sangat jelas: semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi pula risiko yang dihadapi.
Dalam kondisi yang tidak dikelola dengan baik, tingginya beban utang dapat menyebabkan masalah besar seperti likuiditas yang terganggu, arus kas negatif, hingga ancaman kebangkrutan.
Oleh karena itu, pengelolaan risiko keuangan menjadi hal yang wajib dipahami oleh para pelaku usaha. Penting untuk melakukan identifikasi jenis-jenis risiko keuangan dan mencari solusi yang tepat.
Nah, secara khusus pada artikel di bawah ini akan diulas mengenai jenis-jenis risiko keuangan bisnis, ya. Baca penjelasannya sampai akhir!
Dalam dunia bisnis, risiko keuangan merujuk pada segala situasi yang dapat mengakibatkan kerugian finansial bagi perusahaan. Risiko keuangan dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik dari faktor internal perusahaan seperti mismanajemen, maupun faktor eksternal seperti perubahan tren pasar atau kebijakan ekonomi.
Secara sederhana, risiko keuangan adalah ancaman terhadap stabilitas keuangan perusahaan. Ketika perusahaan menghadapi risiko ini, arus kas bisa terganggu, modal kerja berkurang, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya menurun.
Risiko ini erat kaitannya dengan bagaimana perusahaan mengelola modal yang dimiliki serta pendapatan yang dihasilkan.
Selain itu, risiko keuangan sering kali berkorelasi langsung dengan tingkat risiko yang diambil oleh perusahaan dalam usahanya meraih keuntungan.
Semakin besar risiko yang diambil, semakin besar pula potensi imbalan, namun juga semakin besar kemungkinan kerugian.
Berikut adalah beberapa jenis risiko keuangan yang perlu diwaspadai oleh pelaku bisnis.
Risiko kredit adalah salah satu bentuk risiko keuangan yang terjadi ketika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar kembali pinjaman.
Risiko kredit sangat erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola arus kas dan utang yang dimiliki.
Contoh umum dari risiko kredit adalah ketika sebuah perusahaan meminjam dana untuk modal kerja atau ekspansi bisnis.
Jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang tepat waktu, hal ini akan menyebabkan beban bunga yang lebih tinggi, serta menurunkan kredibilitas perusahaan di mata pemberi pinjaman.
Selain dari sisi perusahaan sebagai peminjam, risiko kredit juga bisa terjadi ketika klien perusahaan tidak mampu membayar tagihan tepat waktu. Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya arus kas perusahaan dan membatasi kemampuannya untuk membiayai operasional sehari-hari.
Baca juga: Cara Menagih Invoice yang Efektif dan Tetap Profesional
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan evaluasi mendalam terhadap kemampuan pembayaran pelanggan atau mitra bisnis sebelum memberikan kredit, serta mengelola utang dengan cermat untuk memastikan bahwa kewajiban dapat dipenuhi tepat waktu.
Risiko pasar berkaitan dengan perubahan kondisi ekonomi atau tren yang dapat memengaruhi kinerja bisnis. Risiko ini muncul ketika terjadi perubahan dalam permintaan konsumen, fluktuasi harga, atau perubahan teknologi yang dapat memengaruhi bagaimana perusahaan beroperasi.
Salah satu contoh nyata dari risiko pasar adalah pergeseran tren belanja dari offline ke online. Perubahan preferensi konsumen ini memaksa banyak perusahaan, terutama di sektor ritel, untuk mengubah model bisnisnya agar tetap relevan dan mampu bersaing.
Bagi perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ini, risiko kehilangan pangsa pasar menjadi sangat nyata.
Untuk menghadapi risiko pasar, perusahaan perlu mengembangkan strategi yang fleksibel dan terus-menerus melakukan riset pasar untuk memprediksi perubahan tren yang mungkin terjadi.
Risiko likuiditas artinya risiko finansial perusahaan, dimana perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini terjadi ketika perusahaan tidak memiliki cukup uang tunai atau aset yang dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang untuk menutupi kebutuhan mendesak, seperti pembayaran utang, gaji, atau biaya operasional lainnya.
Risiko likuiditas dibagi menjadi dua aspek utama:
Seberapa cepat dan mudah perusahaan dapat mengubah asetnya menjadi uang tunai tanpa harus menurunkan nilainya. Misalnya, perusahaan memiliki persediaan barang yang tidak mudah dijual atau aset tetap seperti bangunan yang tidak dapat segera dicairkan.
Mengacu pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan arus kas yang memadai untuk menjalankan operasional bisnisnya sehari-hari.
Jika pendapatan menurun secara tiba-tiba, atau ada gangguan dalam penerimaan kas dari pelanggan, perusahaan mungkin menghadapi kesulitan dalam membiayai kebutuhan operasional rutin, yang dapat menyebabkan kegagalan bayar terhadap kewajiban jangka pendeknya.
Untuk menghindari risiko likuiditas, perusahaan harus memiliki arus kas yang sehat dan cukup cadangan likuiditas. Manajemen arus kas yang baik, termasuk mengatur waktu pembayaran utang dan piutang dengan efektif, sangat penting untuk menjaga stabilitas likuiditas perusahaan.
Risiko operasional adalah risiko yang timbul akibat kegagalan dalam proses bisnis internal, kesalahan manusia, atau gangguan eksternal yang memengaruhi operasional perusahaan.
Risiko ini sangat luas dan dapat berasal dari berbagai aspek kegiatan sehari-hari perusahaan.
Dalam banyak kasus, risiko operasional muncul secara tidak terduga dan sering kali berkaitan dengan cara perusahaan dikelola atau bagaimana kebijakan internal diterapkan.
Beberapa contoh risiko operasional meliputi:
Masalah hukum yang muncul dari pelanggaran kontrak, sengketa dengan mitra bisnis, atau regulasi yang tidak dipatuhi dapat menyebabkan perusahaan menghadapi biaya hukum yang tinggi.
Pengelolaan yang buruk, mulai dari pengambilan keputusan yang tidak tepat hingga kegagalan dalam perencanaan strategis, dapat melemahkan kinerja keuangan perusahaan.
Risiko ini melibatkan tindakan kriminal yang dilakukan oleh staf internal, seperti penggelapan dana atau manipulasi laporan keuangan, yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.
Masalah yang berkaitan dengan manajemen tenaga kerja, seperti ketidakhadiran yang tinggi, turnover yang tinggi, atau ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan talenta berbakat, dapat mengganggu produktivitas perusahaan.
Baca juga: Penyebab Turnover Intentions Tinggi Dan Strategi Yang Efektif untuk Meningkatkan Retensi Karyawan
Ketika model bisnis yang dijalankan perusahaan tidak lagi efektif karena perubahan pasar atau persaingan yang meningkat.
Risiko operasional sering kali tidak dapat sepenuhnya dihindari, tetapi dapat diminimalkan melalui penerapan kebijakan internal yang baik, pelatihan karyawan yang memadai, dan pemantauan proses bisnis secara ketat.
Perusahaan juga harus memiliki rencana darurat atau mitigasi risiko bisnis yang siap diimplementasikan jika terjadi kegagalan operasional.
Dalam menghadapi berbagai tantangan bisnis, kamu memerlukan solusi yang efektif untuk mengelola risiko dan menjaga stabilitas finansial.
Di era digital ini, teknologi telah menjadi alat penting dalam membantu perusahaan mengelola keuangannya. Salah satu solusi yang dapat diandalkan dalam manajemen risiko keuangan adalah Kyrim, sebuah platform berbasis teknologi yang dirancang untuk mendukung manajemen pengeluaran perusahaan.
Kyrim membantu perusahaan dalam mengidentifikasi, memantau, dan mengelola berbagai risiko keuangan yang mungkin muncul, khususnya terkait dengan pengelolaan arus kas dan pengeluaran.
Berikut beberapa cara bagaimana Kyrim dapat membantu perusahaan dalam manajemen risiko keuangan:
Salah satu sumber utama risiko keuangan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk mengelola pengeluaran secara efisien.
Pengeluaran yang tidak terkontrol bisa menguras kas perusahaan dan menyebabkan krisis likuiditas.
Dengan Kyrim, kamu dapat memantau dan mengontrol pengeluaran di seluruh departemen, sehingga terhindar dari pemborosan.
Dengan Kyrim, kamu dapat menjaga stabilitas antara pendapatan dan pengeluaran, sehingga risiko likuiditas dapat diminimalisir.
Kamu dapat dengan mudah melihat secara jelas kapan uang masuk dan keluar, serta memperkirakan kebutuhan kas di masa mendatang.
Dengan ini, kamu dapat memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban keuangan seperti pembayaran utang, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya.
Keputusan keuangan yang salah sering kali disebabkan oleh kurangnya akses terhadap informasi yang akurat.
Kyrim membantu kamu mengatasi tantangan ini dengan menyediakan data real-time dan laporan keuangan yang terperinci.
Melalui dashboard interaktif, kamu dapat melihat tren pengeluaran, menganalisis performa keuangan, dan mengidentifikasi area di mana penghematan bisa dilakukan.
Kyrim juga membantu kamu dalam mengelola risiko kredit, baik dari sisi pinjaman yang diambil perusahaan maupun dari segi pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan.
Dengan fitur pemantauan kredit yang terintegrasi, kamu dapat melacak jatuh tempo pembayaran utang serta mengidentifikasi klien yang mungkin memiliki risiko gagal bayar.
Ini memungkinkan kamu untuk mengambil tindakan preventif, seperti melakukan negosiasi ulang pembayaran atau menyesuaikan kebijakan kredit terhadap pelanggan yang memiliki potensi masalah pembayaran.
Sahid Sudirman Center Level 23 Jl. Jend. Sudirman Kav 86 Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat DKI Jakarta